BEIJING, Pemeritah Provinsi Xinjiang, China, Jumat, mengatakan, polisi akan melancarkan operasi keamanan di ibu kota provinsi itu menjelang ulang tahun kerusuhan etnis. Pemerintah khawatir akan terjadi kembali aksi kekerasan.
Menurut Tianshannet, laman internet milik pemerintah wilayah Xinjiang, pihak berwenang di kota Urumqi, tempat kerusuhan yang menimbulkan korban jiwa pada 5 Juli tahun lalu, akan menambah jumlah personel polisi di tempat-tempat penting, sektor-sektor vital dan daerah-daerah publik. Polisi juga akan melakukan pemeriksaan semua orang yang diduga mengirim dan menggunakan bahan-bahan peledak yang berbahaya dan menindak tegas mereka yang melanggar peraturan. Xinjiang telah meningkatkan keamanan dan pihak berwenang telah memperingatkan adanya ancaman "separatis" di wilayah itu setelah aksi kekerasan d Urumqi Juli tahun lalu antara etnik Uighur yang Muslim dengan mayoritas etnik Han yang mayoritas. Aksi kekerasan itu menewaskan hampir 200 orang dan 1.700 orang lainnya cedera.
Operasi keamanan itu akan dimulai Minggu dan berlangsung sampai tanggal 20 Juli, kata Tianshannet dan menambahkan, kantor-kantor polisi di Urumqi akan diperkuat dengan 1.000 personel tambahan selama tiga pekan mulai 25 Juni. Laporan-laporan media pemerintah sebelumnya mengatakan, polisi baru-baru ini melakukan pelatihan anti kerusuhan untuk menghadapi ulang tahun itu. Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Dunia, satu kelompok Uighur di luar negeri mengecam tindakan represif itu. "Tindakan itu memprovokasi situasi semakin memburuk, dan semua warga Uighur yang berada di bawah pengawasan China tetap mengalami diskriminasi dan menghadapi risiko penahanan setiap waktu".
Pihak Uighur mengeluhkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat sekarang di wilayah itu, banyaknya perusahaan yang dikelola negara atau investasi dari luar Xinjiang hanya menguntungkan para imigran Han, sementara warga Uighur tetap dipinggirkan. Beijing membantah kebijakan yang mengabaikan kelompok Uighur, dan bahkan menyalahkan etnik itu melakukan kerusuhan etnik di Xinjiang, tetapi tidak memberikan bukti mengenai separatisme yang terorganisasi itu. www.kompas.com