
Persoalannya, lanjut Fadhil, hingga saat ini terdapat gap antara sektor perdagangan dan nonperdagangan. Gap ini menurut perspektif makro tak ada masalah. Namun, dari perspektif mikro sulit melihat tumbuhnya ekonomi disebabkan sektor perdagangan atau nonperdagangan. Menurut Fadhil, sekitar 70 persen kontribusi tenaga kerja Indonesia berasal dari sektor perdagangan, seperti manufaktur dan pertanian. Begitu pula sekitar 70 persen dari GDP Indonesia adalah perdagangan. "Untuk mencapai pro-growth, pro-poor, dan pro-job itu harus didorong datang dari sektor traded. Gap masih ada sampai sekarang dan masih mengecewakan bagi saya sebab belum ada perubahan signifikan dalam lima tahun terakhir karena belum tahu dari mana datangnya pertumbuhan ekonomi itu, dari traded atau dari nontraded,". Sebelumnya, The World Bank's Lead Economist for Indonesia, Subhan Chauduri, mengatakan, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 5,9 persen dengan perkiraan defisit budget di bawah 1 persen. "Pertumbuhan Indonesia akan terus naik. Kami prediksikan major trading akan menjadi kontribusi utama terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia,". www.kompas.com