Merasa mendapat peluang besar, Ana pun tidak mau menyia-nyiakannya begitu saja. Ia langsung melesat di babak pertama kualifikasi mengalahkan pemain Singapura, Jiayuan Chen 21-17, 13-21, 21-15. Hal serupa terjadi di babak kedua. Meski harus melewati duel ketat, Ana mampu melewati hadangan Yu Chin Shu dari Hongkong 14-21, 21-17, 21-17. Keberhasilan ini sekaligus memastikan langkah Ana ke babak utama bersama tiga pemain kualifikasi lainnya yakni Linda Weni, Rosaria Yusvin dari Indonesia dan Zhu Ying Thai asal Hongkong.
Keberuntungan Ana terus berlanjut. Pemain yang semula diminta untuk lolos babak kualiikasi oleh sang pelatih ini telah memenuhi targetnya. Permainannya pun semakin hari semakin membaik. Runner up Sirkuit Nasional Jawa Barat 2010 ini mengalahkan dua tunggal puteri asing, Maja Tvrdy asal Slovenia (21-18, 1-17) dan Fu Mingtian dari Singapura (16-21, 21-19, 21-19) masing-masing di babak pertama, pada hari Rabu dan babak kedua, Pada hari Kamis. Sampai babak ini Ana menjadi satu-satunya pemain kualifikasi yang bertahan setelah tiga pemain lainnya gugur melawan pesaing mereka masing-masing. Hasil yang paling mencengangkan diperoleh Ana ketika dihadapkan dengan pemain pelatnas Cipayung, Maria Kristin Yulianti di perempat final.
Di luar dugaan, Ana melibas mantan seniornya di klub PB Djarum ini dua game langsung 21-19, 21-14, Jumat (25/6/2010). Padahal ini merupakan kali pertama bagi Ana berhadapan dengan pemain peringkat 60 BWF itu. Ini juga merupakan kejuaraan super series pertama yang diikuti Ana. Sementara Rusmanto justru menilai salah satu keunggulan yang dimiliki anak asuhnya dalam pertandingan adalah kemampuannya bermain dalam reli dengan tipe pukulan lob yang tidak bisa diprediksi lawan. Gaya reli dengan durasi lama ini hampir mirip dengan tipe permainan legenda tunggal puteri Indonesia, Susi Susanti. Tak heran Ana pun sering disebut-sebut sebagai "The Next of Susi Susanti".
Sayangnya, gaya reli tersebut kurang efektif apabila dihadapkan pada lawan dengan tipikal penyerang yang agresif. Seperti yang terjadi pada laga semifinal melawan Sayako Sato, pad hari. Tunggal puteri asal Jepang ini gencar melakukan serangan dan dengan mudah mengontrol ritme pertandingan. Ditambah lagi, Sato memiliki postur tubuh yang lebih tinggi sehingga lebih memungkinkannya melakukan smes tajam secara beruntun. Alhasil perjuangan Ana pun harus terhenti di semifinal setelah ditundukan Sato, 22-20, 21-17. www.kompas.com