Asti Ananta: Tiada Tempat Untuk Duka

Asti Ananta, gadis periang dari Semarang ini seolah tidak pernah terlihat sedih. Auranya bahagia selalu menemani wajahnya. Termasuk saat KapanLagi.com menghampirinya 7 Juni lalu di studio 9 Trans TV, tempat berlangsungnya syuting CEWEK APA COWOK.

Di ruang make up, baru Asti yang datang. Sementara artis lain belum tiba. Asti sudah memoleskan bedak di wajahnya. Dengan make up sederhana, dia terlihat lebih muda. Pekerjaan itu sejatinya kewajiban piƱata wajah, tapi Asti tidak mau berdiam diri menunggu. Kami berbincang tentang banyak hal dari pribadi, pilihan berlibur, hingga dunia maya yang digandrunginya.




PRIBADI

Mood saat ini?
Perasaan saya, happy banget. Soalnya saya bisa syuting bareng temen-temen. Saya bisa datang pertama kali di sini, hihihihi. Maksudnya perjalanan lancar, biar hujan di sana-sini dan macet tapi sampai sini on time.

Selalu ceria terus, resepnya?
Bersyukur, mungkin sepele buat orang lain. Tapi buat aku itu syukur masih bisa bernafas, tangan saya syukurin banget. Kayak bangun pagi tangan saya masih berfungsi dengan normal, itu buat saya bersyukur banget. Kalau orang lain mungkin biasa, tapi buat aku setiap hari merasa bersyukur banget.

Wujud bersyukur?
Tiap hari tiap saat ucap Alhamdulillah, nggak usah nunggu suatu hal istimewa terjadi. Hal biasa saja sudah kuanggap berkah, apalagi yang luar biasa.

Paling menyenangkan?
Banyak, setiap hari ada yang bikin aku happy. Kalau diminta sebut salah satu aku bingung. Misalnya nih aku lihat Ferry Maryadi ganteng itu buat aku bahagia, karena dikasih mata buat ngeliat.
Mengingat ibu saya, bapak saya, dan keluarga saya, saya happy.

Dalam karir pencapaian paling menyenangkan?
Semuanya, karena saya di dunia seni masuk nasional Tahun 1999, sampai sekarang masih bisa berkarya di sini buat saya menyenangkan. Buat hal yang harus saya syukuri. Ketemu banyak orang, kerjasama denegan banyak orang, dipercaya sampai sekarang masih bisa terus berkarya.

Keinginan?
Pingin ketemu Andy Lau, Jennifer Aniston, banyak deh.

Kalau ketemu Andy Lau?
I will say, I do. Pokoknya bisa kukasih semua untuk Andy Lau, asal menikah ya... jangan salah.

Bicara soal nikah, kapan mau menikah?
Ah kayak barusan wawancara kali ini sih. Kan aku ogah bicara privasi.

Namanya juga usaha mbak
Hehehe iya bener, belum waktunya kali ya aku cerita. Kalau sekarang emang belum mau cerita, mungkin nanti aku cerita. Tapi enggak tahu kapan. Tanpa perlu ditunggu, pasti akan terjadi dengan sendirinya, aku mau berbagi.

DUNIA MAYA

Twitter?
Bagus banget buat berhubungan dengan orang yang sayang sama saya. Baik yang udah pernah ketemu maupun belum. Buat kasih tahu sesuatu ke penggemar. Seperti pas liburan aku kasih info tentang lokasi liburan saya yang lengkap. Biar follower saya jadi tahu tempat-tempat yang belum pernah mereka kunjungi. Atau kalau mereka udah tahu, jadi ingin datang lagi. Buat yang di luar negeri juga jadi tahu di Indonesia ada banyak tempat menarik. Meskipun saya tidak ikut program departemen pariwisata ya saya lakukan karena saya senang. Promoin budaya seperti kemarin saya main ludruk sama wayang orang.
Berbagi informasi juga bisa, seperti kalau kita mau menikah. Nyari EO, gedung. Atau nyari obat tertentu yang sulit didapatkan.

Twitter palsu?
Karena saya belum pernah melakukan itu, bagaimana ya rasanya mengaku-ngaku jadi orang lain. Ada juga tuh ngaku sebagai aku. Saat kita berpura-pura menjadi orang lain bisa jadi kita menutup kebaikan untuk diri kita yang asli. Jadi karena saya belum pernah dan tidak tertarik untuk mencoba menjadi orang lain jadi saya nggak tahu rasanya.

Untungnya saya belum pernah melihat timeline yang ngaku-ngaku aku. Lagian follower itu pinter. Jadi mereka bisa mencari yang asli yang mana. Kalau ada yang ngaku aku bilang "Uh capek banget deh gue" atau mengeluh sesuatu di Twitter, follower tahu itu bukan saya. I never say that! Saya bukan tipe yang suka mengeluh.

Banyak yang ngasih tahu kalo ada yang duplikatin aku, tapi aku biarin aja lah, bodoh amat. Lagipula mereka nggak pernah merugikan aku.

Facebook?
Saya nggak pakai, Facebook repot. Twitter lebih praktis. 140 karakter, buat saya cukup. Kalau nggak cukup ya dicukup-cukupin. Jadi nggak banyak informasi pula yang mesti saya posting. Tapi apa yang ingin saya bagi dengan follower itu kesampaian. Di Facebook misalnya saya kasih foto sekali, trus saya berteman dengan mbak, teman-teman mbak semua yang tidak saya kenal ikut-ikutan bisa lihat foto saya. Saya nggak nyaman aja dengan itu. Terlalu luas ya bagi saya. Privasinya nggak terjaga.

Sumber: www.kapanlagi.com

Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.